RELAKSASI
ALA Dr. TRISNA
Oleh Dr. N.
Sutrisna Widjaya, MPH *)
Relaksasi
sangat bermanfaat karena pada kondisi tersebut otak dan/atau pikiran bekerja
dengan jauh lebih efektif. Pada kondisi ini pikiran tidak lagi bersifat liar,
berseliweran ke sana ke mari, berbenturan satu sama lain, mengalami tekanan
dari sisa-sisa rekaman pengalaman buruk di masa lalu, atau pun tekanan akibat
kecemasan tentang apa yang mungkin terjadi di masa yang terbayang di depan.
Relaksasi
merupakan kegiatan pada ranah otak kanan. Oleh karenanya banyak yang bersikap
skeptis terhadap relaksasi disebabkan oleh lebih banyaknya prosentase pengguna
otak kiri, yang selalu menuntut penjelasan akal sehat terhadap apapun.
Sebagai sesuatu yang bekerja pada ranah otak kanan – seperti pada spiritualitas
misalnya – pembelajaran relaksasi akan mengikuti kaidah “Dipahami dan
dirasakan, bila sudah mengalaminya”. Dengan demikian, tantangan dalam
mengembangkan teknik dan metode relaksasi mencakup dua syarat yakni: 1. Berisi
penjelasan2 yang masuk akal, dan 2. dirasakan dalam waktu relatif singkat,
sebelum pikiran2 skeptis men-domonasi. Penggunaan imajinasi (imaji-in, atau
gambaran yang masuk/ada di dalam benak pikiran) sangat membantu karena, seperti
pernah dinyatakan Einstein, imajinasi lebih hebat dari pada pengetahuan karena,
pengetahuan itu ada batasnya sementara imajinasi bersifat tidak terbatas.
Latihan imajnasi bisa dilakukan dengan mengajukan pertanyaan2 aneh seperti,
bagaimana rasanya kalau anda punya sayap dan bisa terbang ? Bagaimana rasanya kalau
anda punya uang dalam jumlah tak terbatas ? Bagaimana rasanya kalau anda punya
mata tiga biji, bukannya cuma dua? Dengan pertanyaan2 tersebut, gambaran2
tertentu (image/imaji) akan masuk atau berkembang di dalam benak pikiran anda.
Upaya memahami
relaksasi bisa dimulai dari konsep mind-body, di mana tubuh fisik
berhubungan dalam keadaan selaras atau serasi dengan pikiran yang ada di benak.
Bayangkan seseorang dalam keadaan tenteram dan damai, maka kita melihat otot2
tubuh fisiknya dalam keadaan rileks atau santai. Bayangkan seseorang dengan
amarah menggelegak, maka kita melihat otot2nya tegang, tangannya mengepal dan
matanya mendelik. Mind-body selalu terhubung dan selaras. Bila salah
satu dikendalikan, maka yang lain ikut terkendalikan. Kemudian ada pertanyaan,
yang manakah lebih mudah dikendalikan ? Ternyata tubuh fisik. Di sini kita tahu
ada kekeliruan dalam upaya mengendalikan pikiran dengan mengendalikan yang ada
di benak. Sekarang kita koreksi, ambillah yang lebih mudah, cukup lemaskan
otot2 disekujur tubuh anda, maka pikiran pun berubah menjadi lebih cool.
Nah sekarang kita akan membahas tehnik relaksasi sederhana yang cukup efektif.
Pernahkah anda
melihat perahu karet yang mesti ditiup atau dipompa terlebih dulu sebelum
digunakan ? Tentu pernah. Apakah yang terjadi bila sumbatnya dibuka ? ………..
Anginnya keluar, zzzzzzzsssss, dan iapun menjadi kempis. Bisakah anda
membayangkan diri sebagai boneka yang terbuat dari karet, sudah dipompa dan
bentuknya persis seperti anda ? Apakah yang terjadi bila sumbatnya dibuka ?
………… Anginnya juga keluar, zzzzzzssss, dan boneka (saya) ini pun menjadi kempis
juga. Nah, sekarang coba ambil posisi duduk tegak tapi rileks. Lakukan simulasi
tadi ……. bayangkan diri anda sebagai boneka yang terbuat dari karet, sduah dipompa.
Buka sumbatnya, …….. anginnya pun keluar, zzzzzssssssss. Anda melihat dengan
mata pikiran bahwa (boneka) diri anda menjadi kempis ..…… Rasakan suatu
perubahan, ke arah manakah pikran anda cenderung berubah ? ………Ternyata ke arah
TENTERAM dan DAMAI. Ahaaaaaa, ……… sekarang anda telah menguasai dan telah
benar2 menguasai yang namanya teknik relaksasi. Congratulation !!!
. Ditulis dan dibagikan kembali oleh Dewa Ayu
Eka P Dharmatari,M.Psi.,Psikolog (Clinical Psychologist) sebagai bentuk penghormatan kepada Almarhum
Dr.Sutrisna Widjaya,MPH selaku Guru terbaik kehidupan yang telah menjadi
pembimbing selama ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar