Selasa, 16 Mei 2017

RELAKSASI ALA LPCD



RELAKSASI ALA Dr. TRISNA

Oleh Dr. N. Sutrisna Widjaya, MPH *)
Relaksasi sangat bermanfaat karena pada kondisi tersebut otak dan/atau pikiran bekerja dengan jauh lebih efektif. Pada kondisi ini pikiran tidak lagi bersifat liar, berseliweran ke sana ke mari, berbenturan satu sama lain, mengalami tekanan dari sisa-sisa rekaman pengalaman buruk di masa lalu, atau pun tekanan akibat kecemasan tentang apa yang mungkin terjadi di masa yang terbayang di depan.
Relaksasi merupakan kegiatan pada ranah otak kanan. Oleh karenanya banyak yang bersikap skeptis terhadap relaksasi disebabkan oleh lebih banyaknya prosentase pengguna otak kiri, yang selalu menuntut penjelasan akal sehat terhadap apapun.  Sebagai sesuatu yang bekerja pada ranah otak kanan – seperti pada spiritualitas misalnya – pembelajaran relaksasi akan mengikuti kaidah “Dipahami dan dirasakan, bila sudah mengalaminya”. Dengan demikian, tantangan dalam mengembangkan teknik dan metode relaksasi mencakup dua syarat yakni: 1. Berisi penjelasan2 yang masuk akal, dan 2. dirasakan dalam waktu relatif singkat, sebelum pikiran2 skeptis men-domonasi. Penggunaan imajinasi (imaji-in, atau gambaran yang masuk/ada di dalam benak pikiran) sangat membantu karena, seperti pernah dinyatakan Einstein, imajinasi lebih hebat dari pada pengetahuan karena, pengetahuan itu ada batasnya sementara imajinasi bersifat tidak terbatas. Latihan imajnasi bisa dilakukan dengan mengajukan pertanyaan2 aneh seperti, bagaimana rasanya kalau anda punya sayap dan bisa terbang ? Bagaimana rasanya kalau anda punya uang dalam jumlah tak terbatas ? Bagaimana rasanya kalau anda punya mata tiga biji, bukannya cuma dua? Dengan pertanyaan2 tersebut, gambaran2 tertentu (image/imaji) akan masuk atau berkembang di dalam benak pikiran anda.
Upaya memahami relaksasi bisa dimulai dari konsep mind-body, di mana tubuh fisik berhubungan dalam keadaan selaras atau serasi dengan pikiran yang ada di benak. Bayangkan seseorang dalam keadaan tenteram dan damai, maka kita melihat otot2 tubuh fisiknya dalam keadaan rileks atau santai. Bayangkan seseorang dengan amarah menggelegak, maka kita melihat otot2nya tegang, tangannya mengepal dan matanya mendelik. Mind-body selalu terhubung dan selaras. Bila salah satu dikendalikan, maka yang lain ikut terkendalikan. Kemudian ada pertanyaan, yang manakah lebih mudah dikendalikan ? Ternyata tubuh fisik. Di sini kita tahu ada kekeliruan dalam upaya mengendalikan pikiran dengan mengendalikan yang ada di benak. Sekarang kita koreksi, ambillah yang lebih mudah, cukup lemaskan otot2 disekujur tubuh anda, maka pikiran pun berubah menjadi lebih cool. Nah sekarang kita akan membahas tehnik relaksasi sederhana yang cukup efektif.

Pernahkah anda melihat perahu karet yang mesti ditiup atau dipompa terlebih dulu sebelum digunakan ? Tentu pernah. Apakah yang terjadi bila sumbatnya dibuka ? ……….. Anginnya keluar, zzzzzzzsssss, dan iapun menjadi kempis. Bisakah anda membayangkan diri sebagai boneka yang terbuat dari karet, sudah dipompa dan bentuknya persis seperti anda ? Apakah yang terjadi bila sumbatnya dibuka ? ………… Anginnya juga keluar, zzzzzzssss, dan boneka (saya) ini pun menjadi kempis juga. Nah, sekarang coba ambil posisi duduk tegak tapi rileks. Lakukan simulasi tadi ……. bayangkan diri anda sebagai boneka yang terbuat dari karet, sduah dipompa. Buka sumbatnya, …….. anginnya pun keluar, zzzzzssssssss. Anda melihat dengan mata pikiran bahwa (boneka) diri anda menjadi kempis ..…… Rasakan suatu perubahan, ke arah manakah pikran anda cenderung berubah ? ………Ternyata ke arah TENTERAM dan DAMAI. Ahaaaaaa, ……… sekarang anda telah menguasai dan telah benar2 menguasai yang namanya teknik relaksasi. Congratulation !!!     

. Ditulis dan dibagikan kembali oleh Dewa Ayu Eka P Dharmatari,M.Psi.,Psikolog (Clinical Psychologist)  sebagai bentuk penghormatan kepada Almarhum Dr.Sutrisna Widjaya,MPH selaku Guru terbaik kehidupan yang telah menjadi pembimbing selama ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENGENDALIAN PIKIRAN ( MIND CONTROL )  Oleh ; Dr. N. Sutrisna Widjaya, MPH *) Sebagaimana meditasi pada umumnya, manfaat dari pene...